Kenapa hidup ini tidak pernah damai , selalu ada aja konflik antar agama, suku, etnis, partai, golongan, antar Negara, dsb.
Jawabnya gampang sekale !!!! Permasalahannya mereka masih masing – masing pake baju. Istilah baju disini jangan ditelen bulet-bulet , coba artikan secara Essensial Baju hanya sebuah Lambang / simbol atau identitas secara lahiriah atau penilaian dengan Rasional.
Manusia modern cenderung berfikiran Rasional, yaitu mengandalkan Logika kemanusiaan, padahal logika kemanusiaan sangatlah terbatas.
Ketika logika yang berasal dari daya fakir manusia itu dipergunakan , kemudian pada hasil akhirnya mendapat kerugian atau kefatalan mengakibatkan kehancuran atau kegagalan.
Pasti orang itu mengalami depresi , lalu orang itu pasti berdoa dan merenungi nasibnya : “ Ya Tuhan kenapa engkau membuat aku menderita begini !!”. Perkataannya jelas menyalahkan Tuhan , padahal ketika manusia itu merencanakan sesuatu dengan mengandalkan logikanya yang terbatas tanpa melibatkan kemampuan Tuhan Yang Maha Sempurna lagi Tak Terbatas.
Jika saja Tuhan bicara secara bahasa manusia : “ Kurang ajar nih orang. Kok Aku dibawa-bawa, terus Aku disalahkan kata Tuhan, waktu orang itu merencanakan sesuatu ga pernah melibatkan Aku, orang itu terlalu percaya diri , sehingga Aku dicuekin , tapi sekarang setelah orang itu susah , gagal dia menyalahkan Aku !!!”
Tuhan berkata lagi : “ Coba kalo orang itu melibatkan Aku dalam setiap berbuat, bertindak, berbicara selalu , melibatkan Aku pasti Aku akan melindungimu , sampai sekecil apapun. Biarpun Senjata mutakhir sekalipun atau Nuklir tidak akan Aku biarkan senjata yang mutakhir itu menembus kulitmu, wahai manusia “ katanya.
"Jadi keterbatasan manusia dalam mengkaji sesuatu harus segera selalu melibatkan Tuhan untuk menyelesaikan sesuatu".
Kembali kepada masalah konflik , sebetulnya yang diperdebatkan baju pakaiannya , yang dari segi lahiriah saja sudah berbeda, tentu kebenaran menurut sudut pandang mereka yang masih menggunakan baju. Coba sekarang lepas baju , yang dimaksud disini baju adalah : lepas partainya, lepas agamanya, lepas sukunya, lepas prinsipnya. Bukan berarti melepas identitasnya justru perbedaan menjadi warna warni yang indah, yang dimaksud disini lepas sementara untuk Kita lebih mengedepankan Hati nurani yang cenderung selalu bersifat universal. Sesuai dengan makna sila - sila Pancasila.
Bila kita sudah melepas yang dimaksud diatas , maka yang muncul adalah : Tiada Kata-Kata , Yang Ada Satu Kesatuan. Bersinergy!!! Memang ini sangat membutuhkan perjuangan yang panjang untuk kita bersatu. Sebab Tuhan kita aja Satu , kenapa musti merasa paling benar, merasa paling ..paling…Insya Allah susatu saat akan muncul “ Gemah Ripah Loh Jinawi” .... salam...